POTENSI DAN PRODUK UNGGULAN DAERAH
di kabupaten Halmahera Barat
Kabupaten Halmahera Barat sebagai bagian dari wilayah Maluku Utara memlliki potensi sumber daya alam yang melimpah, dibidang pertanian tersedia potensi lahan yang subur untuk pengembangan berbagai jenis tanaman seperti : padi, jagung, pisang, kedelai dan lain-lain. Dibidang perkebunan beberapa komoditas yang dikembangkan seperti Kelapa, kakao, cengkih dan pala.Dibidang kehutanan ditekankan pada peningkatan fungsi hutan melalui penambahan luas hutan rakyat dan peningkatan kualitas hutan negara maupun hutan rakyat.
Potensi pariwisata Halmahera Barat dikembangkan melalui pariwisata alam yang meliputi wisata terestial dan wisata bahari sedangkan pariwisata budaya melalui wisata peninggalan sejarah dan budaya.
Kabupaten Halmahera Barat juga memiliki kekayaan fauna yang unik, menarik dan langka didunia seperti jenis fauna burung bidadari (semi optera wallace) beberapa jenis burung yang menjadi khas Halmahera dan Maluku Utara juga dimiliki oleh daerah ini, diantaranya: burung kakatua putih (kakatua alba), kakatua merah dan biru, burung nuri, burung maleo dan lain-lain.
Potensi pertambangan di Kabupaten Halmahera Barat sebagian besar belum dikelola, dan yang lainnya masih dalam tahap eksplorasi, potensi tersebut berupa tambang dalam bentuk logam seperti tembaga, pasir besi, nikel, emas dan non logam meliputi andesit, panas bumi, kaolin, batu apung dan lain-lain.
Sektor perikanan khususnya perikanan laut memiliki potensi sumberdaya yang cukup besar, hingga tahun 2010 berdasarkan hasil istimasi dibawah 12 mil diperkirakan potensinya mencapai 78.834,30 ton/tahun, disamping itu juga dikembangkan budidaya perikanan darat yang hasilnya cukup baik guna memenuhi ketersediaan kebutuhan komsumsi ikan pasar local.
ASPEK HISTORI
Kabupaten Halmahera Barat merupakan salah satu dari Sembilan kabupaten/kota di Provinsi Maluku Utara yang sebelumnya dikenal dengan nama Kabupaten Maluku Utara, yang menjadi kabupaten induk. Pada saat proses pemekaran Provinsi Maluku Utara. Berdasarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2003 tentang pemekaran kabupaten/kota di Provinsi Maluku Utara, Kabupaten Maluku Utara tersebut kemudian mengalami perubahan nama dan letak wilayahnya menjadi Kabupaten Halmahera Barat dengan ibu kota berkedudukan di Jailolo. Dalam sejarah Kesultanan di Maluku Utara, salah satu dari empat daerah kesultanan yang dikenal dengan sebutan kerajaan Moloku Kie Raha. Keempat daerah Kesultanan ini meliputi: daerah Kesultanan Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo.
Pada masa Pemerintahan Sultan Hairun (1540-1570) di Ternate, Kesultanan Jailolo pada saat itu dipimpin oleh Sultan Katara Bumi yang berkedudukan di Jailolo Utara. Tercatat dalam sejarah bahwa Sultan Katara Bumi bersama Kesultanan Tidore berkuasa di masa Laksamana Spanyol, Villalobos (1542) menyerang Portugis di Ternate yang akhirnya berlanjut menjadi perang Jailolo. Namun akibat dominasi pengaruh Portugis di Kesultanan Ternate pada masa itu sangat kuat dan adanya dukungan kekuatan Spanyol pada Kesultanan Tidore maka Kesultanan Ternate berhasil menaklukan Kesultanan Jailolo pada masa perang Jailolo. Perang Jailolo tercatat dalam sejarah bertepatan dengan masa seorang misionaris Jesuit yang terkenal di Maluku, yaitu Fransiskus Xaverius. Pasca penaklukan Kesultanan Jailolo oleh Kesultanan Ternate, Portugis dan Spanyol pada akhirnya telah menempatkan Kerajaan Jailolo di bawah Kekuasaan Kesultanan Ternate. Atas dasar kesejarahan inilah maka tidaklah mengherankan hingga pada masa sekarang pengaruh kultur,
bahasa dan tradisi Ternate di wilayah Halmahera Barat secara keseluruh masih terasa kental dan menyatu dengan masyarakat.
PRODUK UNGGULAN
Kelapa, Kripik Pisang, Rujak Instan Dan Jahe Instan, Halua Kasbi/Ubi Kayu,